Thursday, July 14, 2011

Puisi dari seberang

kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi… sepi.. dan sendiri aku benci
aku ingin bingar… aku mau di pasar
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri

pecahkan saja gelasnya biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh
ada malaikat menyulam
jaring laba laba belang di tembok keraton putih
kenapa tak goyangkan saja loncengnya
biar terdera
atau aku harus lari ke hutan
lalu ke pantai…

this is the poem from the hit indonesian film 'ada apa dengan cinta'. i'm a big fan of indonesian literature, the wordings, the rhythm of the sentence, to me is just mesmerizing. another one from this movie is titled simply as 'cinta'.
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karna cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku lihat karya syurga
dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta?

Tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya..

Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karna aku ingin kamu
Itu saja

Sunday, July 10, 2011

Laungan Subuh

sedang aku tidur aku dikejutkan oleh namamu
peluh dingin yang mengalir menjadi kelam dan kematu
dan boleh saja namamu terpacul dari bibirku

aku duduk dan beristighfar
mengusap jari dari hujung mata ke malar
doaku agar hatiku bersih dari onar dan kekar

subuh sudah lantang melaung
jari-jari yang lemah ini coba menolak selubung
dan telinga terus kuat berdengung

lantai yang hina diinjak pijak
jadi mulia bila sujud kepada yang Hak
hati tenang selepas ombak bergolak

tealapak yang berat menadah
meminta ampun dan taubah
karna hanya Kamu yang wajib dimulia disembah

atas kemulian dan kebesaran
atas penerima segala amalan
hati ini hanya milik kamu ya rab ya rahman

(puasa mau dekat, puisi pun berbaur keinsafan, tidak sabar mau balik kampung hahaha)

Wednesday, July 6, 2011

Pintu

Pintu, hari2 kita tinguk pintu. Bangun tidur nampak pintu bilik. Pigi tandas buka pintu. Keluar rumah buka pintu. Masuk kereta buka pintu. Pigi opis buka pintu tutup pintu. Ada pintu besar, ada yang kecik. Ada warna putih, hitam, coklat yang paling banyak. Pintu kita buka akan bawa kita ke satu ruangan yang lain, mungkin lebih besar, atau lebih kecil, lebih sejuk, atau lebih panas.

Dalam hidup kita sedar atau tidak kita ada buka banyak jenis pintu. Pejam mata dan cuba bayangkan, henfon kita berbunyi alarmnya jam 6am, ada dua pintu di situ, satu pintu stop alarm kita terus bangun, satu pintu snooze sambung tidur. Bila kita baru bangun dari tidur, ada dua pintu, satu pintu kencing satu pintu cuci muka. Selesai mandi ada banyak lagi pintu, pintu baju. Kita buka pintu baju putih, lepas tu ada lagi banyak pintu, pintu tali leher, kita buka pintu tali leher hitam. Pintu seluar dalam nda paya cerita la di sini. Kalau perempuan, pintu baju dan pintu beg tangan jangan cakap la berapa banyak.
Sampai di opis, kita pigi cafeteria sarapan, ada banyak lagi pintu, pintu minuman. Kita buka pintu teh tarik. Ada lagi pintu, pintu makanan, kita buka pintu roti canai mamak satu. Pintu2 jenis ni semua, pintu2 yang kita buka tanpa sedar, ikut mood, ikut rasa.

Ada satu pintu yang paling penting dari semua pintu. Salah pilih boleh rusak, pilih yang betul boleh selamat. Itulah yang dipanggil pintu ‘keputusan’.Ada satu lagi jenis pintu yang penting. Pintu ni berat, kita punya tangan suda pun memigang tombol, tapi mau buka punya la susah, punya la berat, kadang2 dapat buka, kadang2 tidak dapat buka, kadang2 putus asa mau buka, kadang2 dibiar nda mau ambil tau. Itu la yang dipanggil pintu ‘tanggungjawab’.

Mana satu yang bagus untuk aku? untuk kau? untuk dia? untuk kita? Mana satu yang berat bagi aku? bagi kau? bagi dia? bagi kita?